Jumat, 13 Mei 2011

Kebudayaan Suku Asmat


Kebudayaan Suku Asmat
 

Budaya atau Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah. Yang merupakan bentuk jamak dari buddhi(budi atau akal) diartikan sabagai hal-hal yang berkaitan dengan budai dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengola atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
 
Indonesia terdiri dari banyak suku dan budaya, salah satunya adalah Suku Asmat, suku yang berada di wilayah timur Indonesia,lebih tepatnya di pulau Papua. Mari kita telusuri lebih dalam tentang suku Asmat.

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal cara hidup, struktur sosial, dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu Suku Bisman yang berada di antara Sungai Sinesty dan Sungai Nin serta Suku Simai. Biasanya dalam satu kampung dihuni kira-kira 100 sampai 1000 orang. Setiap kampung punya satu rumah bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga.

Suku Asmat memiliki pakaian tradisional yang cukup sederhana. Mereka hanya menutupi bagian tubuh dengan kulit binatang atau jerami kering. Dan biasanya bagi pria dewasa di suku asmat untuk menutupi kemaluannya menggunakan Koteka. Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan.  Dan untuk menghiasi tubuh, mereka hanya membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah, untuk menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan, sedangkan warna hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. Cara menggunakan pun cukup simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air, pewarna itu sudah bisa digunakan untuk mewarnai tubuh.

Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan separti, ular, kasuari, burung, babi hitan, dan lainnya. mereka juga selalu meramuh atau menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. Sehari-hari orang Asmat bekerja di lingkungan sekitarnya, terutama untuk mencari makan. Anak-anak harus membantu orangtuanya. Bahan makanan yang sudah terkumpul akan dimasak oleh para ibu. Selain punya tugas memasak, para ibu juga mempunyai tugas menjaring ikan di rawa-rawa.

Mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga). Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.

Dalam kehidupan Suku Asmat, batu yang biasa kita lihat di jalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal Suku Asmat yang membentuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya. Orang-orang Asmat merasa dirinya bagian dari alam. Karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya bahkan, pohon di sekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan. Buah menggambarkan kepala. Akar menggambarkan kaki.

Ukiran Kayu Suku Asmat

Karya ukir kayu khas Suku Asmat adalah salah satu kekayaan budaya nasional yang sudah memiliki nama bagi para turis asing. Karakteristik ukiran Suku Asmat mempunyai pola yang unik dan bersifat naturalis. Dari pola-pola itu terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir mereka bernilai tinggi dan cukup banyak diminati para turis asing.

Dari segi model, ukiran Suku Asmat sangat beragam, mulai dari patung manusia, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari, sampai ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang, orang berperahu, dan lain-lain.

Yang paling istimewa dan unik adalah bahwa setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikatnya karena mereka tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam skala besar. Jadi, kalau kita memiliki satu ukiran dari Asmat dengan pola tertentu, itu adalah satu-satunya yang ada karena orang Asmat tidak membuat pola sama dalam ukirannya. Bentuk boleh sama, misalnya perisai atau panel, tetapi soal pola pasti akan berbeda. Itulah keunikan ukiran Suku Asmat.
Suku Asmat memiliki ragam budaya dan seni pertunjukan yang luar biasa. Setiap wisatawan yang datang ke wilayah Suku Asmat pastilah akan disuguhkan suatu fenomena alami yang menyatu dengan lingkungan alamnya yang masih asli.

walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. karena kita satu INDONESIA.

Rabu, 11 Mei 2011

Manusia dan Keindahan



Keindahan
keindahan ialah sesuatu yang memberikan kesan baik tersendiri. Keindahan merupakan sesuatu hal yang memiliki makna tersendiri dan misterius, karena tak ada satu kata pun yang dapat menggambarkan suatu keindahan dari sesuatu tersebut. Keindahan merupakan sesuatu hal yang selalu dicari manusia, karena sesuatu inilah yang membuat hidup manusia lebih berkesan.

Perkembangan dari Kesenian
Karena suatu keindahan sangatlah berharga bagi Manusia, maka manusia berlomba-lomba untuk mengabadikan keindahan tersebut. Banyak sekali cara untuk mengabadikannya, bisa berupa tulisan, suara, dan juga bisa melalui gambar. Seiring berjalannya waktu, semua kesenian tersebut menjadi semakin baik, Bahkan kini manusia menggabungkan semua bentuk tersebut menjadi suatu bentuk tunggal yaitu sebuah perfilman. Dan semua ini akan terus berkembang.

Aliran-Aliran Kesenian.
Cara pandang orang dari suatu keindahan berbeda-beda, maka dari itu cara mengabadikan keindahan tersebut pastilah berbeda-beda pula. Kesenian berasal dari keindahan yang sifatnya relatif, maka kesenian pun juga menurunkan sifat relatif dari keindahan itu sendiri. kesenian sangatlah luas dan manusia sendiri akan terus mengembangkan aliran-aliran baru untuk mengabadikan keindahan dengan sebuah kesenian. 

Renungan, Keserasian, kehalusan
Apabila kita melihat suatu kesenian, kita pasti akan merenungkan apa arti dari seni tersebut, dan apabila kita sudah bisa merenungkan suatu seni tersebut maka kita akan menemukan keserasian dengan seni tersebut. Dan setelah kita merasa serasi, kita juga akan merasakan kehalusan antara diri kita dengan seni tersebut. Dan akhirnya akan terjadi pengabadian keindahan dengan sebuah Kesenian.